Minggu, 28 Juni 2020

JERAWAT


JERAWAT

Dinda Raflianti
Program Studi S1 Farmasi
STIKES BORNEO LESTARI BANJARBARU
Email: dindaa.r53@gmail.com 

PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Jerawat merupakan kelainan kulit yang dikenal dengan acne vulgaris, biasa terjadi pada usia remaja. Meskipun jerawat bukan penyakit infeksi serius, banyak remaja yang mengalami depresi, kecemasan dan putus asa karena jerawat berpotensi merusak penampilan. Jerawat adalah peradangan kronik folikel sebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustul, kista pada daerah – daerah predileksi (Widia, 2012). Diagnosis klinis jerawat mudah dibuat, tetapi pengobatan jerawat sering mengalami kesulitan. Hal ini karena penyebab jerawat multifaktor, yang salah satu faktornya adalah bakteri (Aziz, 2010).
Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia remaja dan dewasa muda antara 30%-60% dengan insiden tertinggi antara usia 14 dan 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun untuk anak laki-laki (Clark, 1993). Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas, tubuh mengalami perubahan hormonal disertai peningkatan jumlah kelenjar minyak. Peningkatan produksi minyak mengakibatkan muara kelenjar tersumbat dan timbul bintil-bintil kasar pada kulit (komedo). Penyumbatan dapat pula akibat sisa kulit mati, sisa kosmetik atau kotoran pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Kadar hormon androgen yang disebut sebagai penyebab jerawat, sepanjang masa kehidupan perempuan, kadarnya relatif tidak turun secara drastis. Ini memungkinkan jerawat muncul dalam masa kehidupan perempuan. Hormon androgen ini berasal dari suatu mekanisme perubahan lemak, khususnya kolesterol.
Meskipun diduga kuat hormon androgen sebagai pencetus jerawat, namun tidak selalu berarti bahwa banyak jerawat berarti hormon androgen akan meningkat. Pada pria dengan kadar testosteron cukup tinggi dalam waktu yang lama, kejadian timbulnya jerawat jarang dialami (Biben, 2009). Dengan munculnya jerawat pada masa remaja, maka kesadaranakan pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial yang pada akhirnyadapat mempengaruhi konsep diri remaja putri.

b.      Rumusan Masalah
1.      Apa itu jerawat?
2.      Apa saja ciri-ciri jerawat?
3.      Apa saja penyebab terjadinya jerawat?
4.      Bagaimana cara pengobatan jerawat?

c.       Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian jerawat.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri jerawat
3.      Untuk mengetahui penyebab terjadinya jerawat.
4.      Untuk mengetahui cara pengobatan jerawat.

d.    Manfaat
Sebagai informasi masyarakat khususnya para remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri bagi siswi khususnya mengenai jerawat.


ISI

a.      Jerawat
Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea. Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena hampir setiap orang pernah mengalaminya (Wasitaatmadja, 2010). Usia puncak terjadi akne adalah pada usia remaja. Akne bukanlah penyakit yang fatal, tetapi cukup merisaukan karena keluhan yang dikeluhkan penderita umumnya berupa keluhan estetis, sehingga bila terjadi akan menimbulkan siksaan psikis bagi penderitanya (Graham dan Burns, 2005). Pada remaja insiden akne terjadi dengan kisaran umur 14-17 tahun pada wanita, dan pada pria kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2010). Di Amerika, akne diderita oleh 40-50 juta orang dengan 85% usia tersering 12-24 tahun (Burch dan Aeling, 2011).
Di Indonesia akne menjadi masalah hampir seluruh remaja, dimana sekitar 85% menderita akne ringan dan 15% akne berat (Widjaya, 2000). Pada penelitian di Palembang tahun 2007, diketahui dari 5024 sampel berusia 14-21 tahun terdapat 68,2% diantaranya menderita akne, dimana 58,4% wanita dan 78,9% pria dengan rentang usia tersering 15-16 tahun (Suryadi, 2008). Sedangkan penelitian di Padang pada tahun 2009, melaporkan insiden akne 1,19% di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. M. Djamil Padang (2004 – 2008) dengan rasio perempuan : laki – laki adalah 2,1:1. Gambaran klinis yang ditemukan adalah akne tipe komedonal 41,7%, tipe papulopustular 54,15% dan tipe  nodulokistik 4,06% (Asri, 2013).

b.      Ciri-ciri
a.       Jerawat Hormonal
Letaknya bukan di pipi atau kening, jerawat hormonal biasa muncul di sekitar rahang dan dagu. Hal ini karena ketidakseimbangan hormon memicu kelenjar minyak lebih aktif, dan di daerah garis rahang inilah banyak kelenjar minyak. Berukuran besar dan meradang. Jerawat ini muncul secara berulang. Jerawat hormonal tak hanya perlu dirawat dari luar, tapi juga dari dalam. Yang utamanya adalah harus mengendalikan stres serta makan makanan sehat dan bergizi seimbang.
b.      Purging
Purging merupakan proses regenerasi kulit di mana biasanya memunculkan jerawat di tempat yang pernah ditumbuhi jerawat sebelumnya. Proses ini berlangsung selama kurang lebih dua minggu hingga satu bulan. Adapun penyebab purging yakni kandungan retinoid atau asam alfa-hidroksi yang memicu pergantian sel kulit mati. Yang jelas, gangguan ini muncul secara cepat dengan proses kering yang terbilang cepat pula.
c.       Breakout
Sementara breakout adalah sebuah tanda yang menunjukkan bahwa kulit Anda tidak cocok dengan produk yang digunakan. Breakout jerawat biasanya akan muncul di area yang tidak pernah mengalami masalah. Beda breakout dan purging bisa dilihat dari jumlah jerawat yang muncul dimana, breakout menimbulkan jerawat dalam jumlah banyak dan ukuran yang besar dan akan semakin bertambah seiring perkembangan waktu

c.      Penyebab
Penyebab terjadinya akne belum pasti, namun faktor penyebabnya bersifat multifaktorial. Pada masa remaja diketahui bahwa adanya kenaikan hormon androgen menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi glandula sebasea yang dapat menyebabkan timbulnya akne (Widjaya, 2000).
Menurut Mitsui (1997), ada tiga penyebab terjadinya jerawat diantaranya:
1.      Sekresi kelenjar sebaseus yang hiperaktif
Pada kulit bagian dermis terdapat kelenjar sebaseus yang memproduksi lipida. Lipida yang dihasilkan disalurkan ke permukaan kulit lewat pembuluh sebaseus dan bermuara pada pori kulit. Kelenjar sebaseus yang hiperaktif menyebabkan produksi lipida berlebihan sehingga kadar lipida pada kulit tinggi, sehingga mengakibatkan kulit berminyak. Jika produksi lipida tidak diimbangi oleh pengeluaran yang sepadan maka akan terjadi penimbunan dan menyebabkan pori tersumbat. Sebum yang mampat akan memicu terjadinya inflamasi dan terbentuk jerawat. Aktivitas kelenjar sebaseus dipicu oleh hormon testosteron, sehingga pada usia pubertas (10-16 tahun) akan banyak timbul jerawat pada muka, dada, punggung sedangkan pada wanita produksi lipida dari kelenjar sebaseus dipicu oleh hormon pelutein yang meningkat pada saat terjadi menstruasi.
2.      Hiperkeratosis pada infundibulum rambut
Hiperkeratosis mudah terjadi pada infundibulum folikel rambut, yang menyebabkan sel tanduk menjadi tebal dan menyumbat folikel rambut, serta membentuk komedo. Jika folikel rambut pori tersumbat/menyempit maka sebum tidak bisa keluar secara normal, akibatnya akan merangsang pertumbuhan bakteri jerawat yang 10 menyebabkan peradangan. Selain itu, adanya pengaruh sinar UV dapat menyebabkan jerawat bertambah parah, karena adanya sinar matahari merangsang terjadinya keratinisasi. Jerawat juga bisa disebabkan oleh muka yang kotor yang mengakibatkan pori-pori tersumbat.
3.      Efek dari bakteri
Kelebihan sekresi dan hiperkeratosis pada infundibulum rambut menyebabkan terakumulasinya sebum. Sebum ini yang mengandung banyak timbulnya bakteri jerawat. Enzim lipase yang dihasilkan dari bakteri menguraikan trigliserida pada sebum menjadi asam lemak bebas, yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya terbentuk jerawat.

d.      Pengobatan
Pengobatan yang lazim digunakan untuk mengobati jerawat adalah dengan menggunakan antibiotik seperti tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin dan klindamisin. Selain itu pengobatan jerawat juga dapat menggunakan benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid. Namun obat-obat tersebut memiliki efek samping dalam penggunaannya sebagai antijerawat antara lain iritasi dan penggunaan antibiotik sebagai pilihan pertama dalam penyembuhan jerawat harus ditinjau kembali untuk membatasi perkembangan resistensi antibiotik (Dermawan dkk., 2015).
Masyarakat mulai beralih dengan mengunakan tanaman tradisional dibandingkan dengan obat-obatan sintesis karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat-obatan sintesis lebih sedikit. Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk pengobatan jerawat dengan memanfaatkan tanaman herbal seperti buah belimbing wuluh. Kandungan yang terdapat dalam buah belimbing wuluh yang dapat menghambat bakteri penyebab jerawat. Hasil identifikasi golongan senyawa aktif oleh Lathifah (2008) menunjukan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid dan triterpenoid.. Serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa glikosida, tanin, flavonoid dan steroid/ triterpenoid. Hasil ujiaktivitas anti bakteri menunjukan bahwa ekstrak etanol buah belimbing wuluh dan sedian gel ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan bakteri, Pripionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermis.


PENUTUP

a.      Kesimpulan
Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi pada masa remaja bahkan hingga dewasa yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodus, dan kista pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada, dan punggung. Meskipun tidak mengancam jiwa, jerawat dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dengan memberikan efek psikologis yang buruk berupa cara seseorang menilai, memandang dan menanggapi kondisi dan situasi dirinya.
Jerawat terbagi menjadi 3 yaitu jerawat hormonal, purging, dan breakout. Masing-masing memiliki ciri-ciri nya masing-masing. Jerawat disebabkan oleh Produksi kelenjar minyak yang berlebih, penyumbatan pori-pori pada wajah, infeksi dari bakteri akibat kurangnya perhatian terhadap kebersihan wajah. Pengobatan jerawat dapat menggunakan antibiotic tetapi dapat menyebabkan resistensi, sehingga masyarakat lebih mengutamakan bahan-bahan alami.

b.      Saran
1.     Bagi Siswi / Remaja Putri yang berjerawat dengan banyak nya Tips-Tips cara menghilangkan jerawat, terlebih lagi yang berbahan kimia perlu diwaspadai terkadang dalam produk yang para siswi gunakan untuk penghilang jerawat mengandung merkuri (raksa) dan formalin sangat membahayakan bagi kesehatan kulit tubuh para siswi. Jangan sampai keinginan menghilangkan jerawat di wajah justru dapat merusak kecantikan wajah.
2.     Dan bagi Siswi / Remaja Putri yang tidak berjerawat mempercantik wajah adalah hal yang positif. Dengan merawat dan selalu menjaga kebersihan wajah. Pemilihan yang selektif dalam memilih cara yang cocok untuk perawatan wajah dan bahan-bahan yang di gunakan.

  

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Biben. 2009. Fitoestrogen: Khasiat Terhadap Sistem Reproduksi, Non Reproduksi dan Keamanan Penggunaannya. Universitas Padjajaran. Bandung.
Clark, R.A.F, 1993, Basics of Cutaneous Wound Repair. The Journal of Dermatologic Surgery and Oncology.
Dermawan et al. 2015. Efektivitas Krim Antijerawat Ekstrak Methanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L). Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.
LathifahQ. A., 2008. Antibakteri Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut. [skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Malang.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.
Suryadi, R. M. 2008. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. . Media Medika Indonesiana, 43; 1: 40.
Wasitaatmadja, S.M. 2009. Akne Vulgaris dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 253-259.
Widjaya. E. (2000) Rosasea dan akne vulgaris. Dalam: Harahap, M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates
Widya, N.G.A. 2014. Korelasi antara Indeks MassaTubuh (IMT) dengan Derajat Keparahan pada Penderita Akne Vulgaris. Skripsi.


1 komentar:

JERAWAT

JERAWAT Dinda Raflianti Program Studi S1 Farmasi STIKES BORNEO LESTARI BANJARBARU Email:  dindaa.r53@gmail.com   PENDAHULU...