JERAWAT
Dinda Raflianti
Program Studi S1 Farmasi
STIKES BORNEO LESTARI
BANJARBARU
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Jerawat merupakan kelainan kulit yang dikenal dengan
acne vulgaris, biasa terjadi pada usia remaja. Meskipun jerawat bukan penyakit
infeksi serius, banyak remaja yang mengalami depresi, kecemasan dan putus asa karena
jerawat berpotensi merusak penampilan. Jerawat adalah peradangan kronik folikel
sebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustul, kista pada daerah –
daerah predileksi (Widia, 2012). Diagnosis klinis jerawat mudah dibuat, tetapi
pengobatan jerawat sering mengalami kesulitan. Hal ini karena penyebab jerawat
multifaktor, yang salah satu faktornya adalah bakteri (Aziz, 2010).
Keadaan ini sering dialami oleh mereka yang berusia
remaja dan dewasa muda antara 30%-60% dengan insiden tertinggi antara usia 14
dan 17 tahun untuk anak perempuan serta antara usia 16 dan 19 tahun untuk anak
laki-laki (Clark, 1993). Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas,
tubuh mengalami perubahan hormonal disertai peningkatan jumlah kelenjar minyak.
Peningkatan produksi minyak mengakibatkan muara kelenjar tersumbat dan timbul
bintil-bintil kasar pada kulit (komedo). Penyumbatan dapat pula akibat sisa
kulit mati, sisa kosmetik atau kotoran pada kulit yang disebabkan oleh peningkatan
hormon. Kadar hormon androgen yang disebut sebagai penyebab jerawat, sepanjang
masa kehidupan perempuan, kadarnya relatif tidak turun secara drastis. Ini
memungkinkan jerawat muncul dalam masa kehidupan perempuan. Hormon androgen ini
berasal dari suatu mekanisme perubahan lemak, khususnya kolesterol.
Meskipun diduga kuat hormon androgen sebagai
pencetus jerawat, namun tidak selalu berarti bahwa banyak jerawat berarti
hormon androgen akan meningkat. Pada pria dengan kadar testosteron cukup tinggi
dalam waktu yang lama, kejadian timbulnya jerawat jarang dialami (Biben, 2009). Dengan munculnya jerawat pada masa
remaja, maka kesadaranakan pentingnya penampilan diri dalam kehidupan sosial
yang pada akhirnyadapat mempengaruhi konsep diri remaja putri.
b.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu jerawat?
2. Apa saja ciri-ciri jerawat?
3. Apa
saja penyebab terjadinya jerawat?
4. Bagaimana
cara pengobatan jerawat?
c.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian jerawat.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri jerawat
3. Untuk
mengetahui penyebab terjadinya jerawat.
4. Untuk
mengetahui cara pengobatan jerawat.
d. Manfaat
Sebagai informasi masyarakat khususnya para remaja
agar dapat meningkatkan pengetahuan dan rasa percaya diri bagi siswi khususnya
mengenai jerawat.
ISI
a.
Jerawat
Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang
terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea. Penyakit ini dianggap
sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis karena hampir setiap orang
pernah mengalaminya (Wasitaatmadja, 2010). Usia puncak terjadi akne adalah pada usia remaja.
Akne bukanlah penyakit yang fatal, tetapi cukup merisaukan karena keluhan yang
dikeluhkan penderita umumnya berupa keluhan estetis, sehingga bila terjadi akan
menimbulkan siksaan psikis bagi penderitanya (Graham dan Burns, 2005). Pada
remaja insiden akne terjadi dengan kisaran umur 14-17 tahun pada wanita, dan
pada pria kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2010). Di Amerika, akne diderita
oleh 40-50 juta orang dengan 85% usia tersering 12-24 tahun (Burch dan Aeling,
2011).
Di Indonesia akne menjadi masalah hampir seluruh
remaja, dimana sekitar 85% menderita akne ringan dan 15% akne berat (Widjaya,
2000). Pada penelitian di Palembang tahun 2007, diketahui dari 5024 sampel
berusia 14-21 tahun terdapat 68,2% diantaranya menderita akne, dimana 58,4%
wanita dan 78,9% pria dengan rentang usia tersering 15-16 tahun (Suryadi,
2008). Sedangkan penelitian di Padang pada tahun 2009, melaporkan insiden akne
1,19% di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr. M. Djamil Padang (2004 – 2008)
dengan rasio perempuan : laki – laki adalah 2,1:1. Gambaran klinis yang
ditemukan adalah akne tipe komedonal 41,7%, tipe papulopustular 54,15% dan tipe
nodulokistik 4,06% (Asri, 2013).
b. Ciri-ciri
a.
Jerawat Hormonal
Letaknya bukan di pipi atau kening, jerawat hormonal biasa muncul di
sekitar rahang dan dagu. Hal ini karena ketidakseimbangan hormon memicu
kelenjar minyak lebih aktif, dan di daerah garis rahang inilah banyak kelenjar
minyak. Berukuran besar dan meradang. Jerawat ini muncul secara berulang.
Jerawat hormonal tak hanya perlu dirawat dari luar, tapi juga dari dalam. Yang
utamanya adalah harus mengendalikan stres serta makan makanan sehat dan bergizi
seimbang.
b.
Purging
Purging merupakan proses regenerasi kulit di mana biasanya
memunculkan jerawat di tempat yang pernah ditumbuhi jerawat sebelumnya. Proses
ini berlangsung selama kurang lebih dua minggu hingga satu bulan. Adapun penyebab purging yakni kandungan
retinoid atau asam alfa-hidroksi yang memicu pergantian sel kulit mati. Yang
jelas, gangguan ini muncul secara cepat dengan proses kering yang terbilang
cepat pula.
c.
Breakout
Sementara breakout adalah sebuah tanda yang
menunjukkan bahwa kulit Anda tidak cocok dengan produk yang digunakan. Breakout jerawat biasanya akan muncul di
area yang tidak pernah mengalami masalah. Beda breakout dan purging bisa
dilihat dari jumlah jerawat yang muncul dimana, breakout menimbulkan jerawat dalam jumlah banyak dan ukuran yang
besar dan akan semakin bertambah seiring perkembangan waktu
c. Penyebab
Penyebab terjadinya akne belum pasti, namun faktor
penyebabnya bersifat multifaktorial. Pada masa remaja diketahui bahwa adanya
kenaikan hormon androgen menyebabkan hiperplasia dan hipertrofi glandula
sebasea yang dapat menyebabkan timbulnya akne (Widjaya, 2000).
Menurut
Mitsui (1997), ada tiga penyebab terjadinya jerawat diantaranya:
1. Sekresi
kelenjar sebaseus yang hiperaktif
Pada
kulit bagian dermis terdapat kelenjar sebaseus yang memproduksi lipida. Lipida
yang dihasilkan disalurkan ke permukaan kulit lewat pembuluh sebaseus dan
bermuara pada pori kulit. Kelenjar sebaseus yang hiperaktif menyebabkan
produksi lipida berlebihan sehingga kadar lipida pada kulit tinggi, sehingga
mengakibatkan kulit berminyak. Jika produksi lipida tidak diimbangi oleh
pengeluaran yang sepadan maka akan terjadi penimbunan dan menyebabkan pori
tersumbat. Sebum yang mampat akan memicu terjadinya inflamasi dan terbentuk
jerawat. Aktivitas kelenjar sebaseus dipicu oleh hormon testosteron, sehingga
pada usia pubertas (10-16 tahun) akan banyak timbul jerawat pada muka, dada,
punggung sedangkan pada wanita produksi lipida dari kelenjar sebaseus dipicu
oleh hormon pelutein yang meningkat pada saat terjadi menstruasi.
2. Hiperkeratosis
pada infundibulum rambut
Hiperkeratosis
mudah terjadi pada infundibulum folikel rambut, yang menyebabkan sel tanduk
menjadi tebal dan menyumbat folikel rambut, serta membentuk komedo. Jika
folikel rambut pori tersumbat/menyempit maka sebum tidak bisa keluar secara
normal, akibatnya akan merangsang pertumbuhan bakteri jerawat yang 10
menyebabkan peradangan. Selain itu, adanya pengaruh sinar UV dapat menyebabkan
jerawat bertambah parah, karena adanya sinar matahari merangsang terjadinya
keratinisasi. Jerawat juga bisa disebabkan oleh muka yang kotor yang mengakibatkan
pori-pori tersumbat.
3. Efek
dari bakteri
Kelebihan
sekresi dan hiperkeratosis pada infundibulum rambut menyebabkan terakumulasinya
sebum. Sebum ini yang mengandung banyak timbulnya bakteri jerawat. Enzim lipase
yang dihasilkan dari bakteri menguraikan trigliserida pada sebum menjadi asam
lemak bebas, yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya terbentuk jerawat.
d.
Pengobatan
Pengobatan yang lazim digunakan untuk mengobati
jerawat adalah dengan menggunakan antibiotik seperti tetrasiklin, eritromisin,
doksisiklin dan klindamisin. Selain itu pengobatan jerawat juga dapat
menggunakan benzoil peroksida, asam azelat dan retinoid. Namun obat-obat
tersebut memiliki efek samping dalam penggunaannya sebagai antijerawat antara
lain iritasi dan penggunaan antibiotik sebagai pilihan pertama dalam
penyembuhan jerawat harus ditinjau kembali untuk membatasi perkembangan
resistensi antibiotik (Dermawan dkk., 2015).
Masyarakat mulai beralih dengan mengunakan tanaman
tradisional dibandingkan dengan obat-obatan sintesis karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat-obatan sintesis lebih sedikit. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan oleh masyarakat untuk pengobatan jerawat dengan memanfaatkan tanaman
herbal seperti buah belimbing wuluh. Kandungan yang terdapat dalam buah
belimbing wuluh yang dapat menghambat bakteri penyebab jerawat. Hasil
identifikasi golongan senyawa aktif oleh Lathifah (2008) menunjukan bahwa
ekstrak etanol buah belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid dan
triterpenoid.. Serbuk simplisia dan ekstrak etanol buah belimbing wuluh
mengandung golongan senyawa glikosida, tanin, flavonoid dan steroid/
triterpenoid. Hasil ujiaktivitas anti bakteri menunjukan bahwa ekstrak etanol
buah belimbing wuluh dan sedian gel ekstrak etanol dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, Pripionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermis.
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi
pada masa remaja bahkan hingga dewasa yang ditandai dengan adanya komedo,
papul, pustul, nodus, dan kista pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada,
dan punggung. Meskipun tidak mengancam jiwa, jerawat dapat mempengaruhi
kualitas hidup seseorang dengan memberikan efek psikologis yang buruk berupa
cara seseorang menilai, memandang dan menanggapi kondisi dan situasi dirinya.
Jerawat terbagi menjadi 3 yaitu jerawat hormonal, purging, dan breakout.
Masing-masing memiliki ciri-ciri nya masing-masing. Jerawat disebabkan oleh Produksi
kelenjar minyak yang berlebih, penyumbatan pori-pori pada wajah, infeksi dari
bakteri akibat kurangnya perhatian terhadap kebersihan wajah. Pengobatan jerawat dapat menggunakan antibiotic tetapi
dapat menyebabkan resistensi, sehingga masyarakat lebih mengutamakan
bahan-bahan alami.
b.
Saran
1. Bagi
Siswi / Remaja Putri yang berjerawat dengan banyak nya Tips-Tips cara
menghilangkan jerawat, terlebih lagi yang berbahan kimia perlu diwaspadai
terkadang dalam produk yang para siswi gunakan untuk penghilang jerawat
mengandung merkuri (raksa) dan formalin sangat membahayakan bagi kesehatan
kulit tubuh para siswi. Jangan sampai keinginan menghilangkan jerawat di wajah
justru dapat merusak kecantikan wajah.
2. Dan
bagi Siswi / Remaja Putri yang tidak berjerawat mempercantik wajah adalah hal
yang positif. Dengan merawat dan selalu menjaga kebersihan wajah. Pemilihan
yang selektif dalam memilih cara yang cocok untuk perawatan wajah dan
bahan-bahan yang di gunakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz. 2010. Metode Penelitian
Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Biben. 2009. Fitoestrogen: Khasiat
Terhadap Sistem Reproduksi, Non Reproduksi dan Keamanan Penggunaannya.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Clark, R.A.F, 1993, Basics of Cutaneous
Wound Repair. The Journal of Dermatologic Surgery and Oncology.
Dermawan et al. 2015. Efektivitas Krim
Antijerawat Ekstrak Methanol Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L). Fakultas Kedokteran. Universitas
Tanjungpura.
LathifahQ. A., 2008. Antibakteri
Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut.
[skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Malang.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic
Science. Tokyo : Shiseido Co., Ltd.
Suryadi, R. M. 2008. Kejadian dan
faktor resiko akne vulgaris. . Media Medika Indonesiana, 43; 1: 40.
Wasitaatmadja, S.M. 2009. Akne
Vulgaris dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: 253-259.
Widjaya. E. (2000) Rosasea dan akne
vulgaris. Dalam: Harahap, M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates
Widya, N.G.A. 2014. Korelasi antara
Indeks MassaTubuh (IMT) dengan Derajat Keparahan pada Penderita Akne Vulgaris.
Skripsi.